BERBAGI RASA : AKU, TEMANMU (?)
Setiap kali aku menyadari kenyataan yang terjadi, antara aku dan kamu.
Ada sesuatu yang mengalir pelan dalam dada, membawa sedikit rasa sedih dan perih.
Kita seperti sepasang mata, tidak ada yang mengatakannya jauh, tapi juga tak pernah bergandengan seperti tangan.
Hanya terlihat sepasang, tapi sejatinya bukan.
Aku sering kali lupa.
Menangguhkan posisiku, juga menangguhkan posisimu.
Apa aku bagimu, dan apa kamu bagiku.
Apakah hanya aku, apakah hanya kamu.
Atau justru, kita yang bersama, sesungguhnya mendoakan orang yang berbeda.
Entah sejak kapan senyum itu bergelayutan tak menentu.
Mengganggu tidur dan fokusku.
Lebay katamu.
Tapi memang seperti itu.
Dan kamu?
Barang kali memikirkanku saja tak ada waktu.
Tidur pulas tanpa tau kabarku.
Melupakan aku dibahagiamu.
Lalu datang ketika sepi menghampirimu.
Sedih.
Tampaknya memang seperti itu.
Kenyatan bahwa aku hanya sebagai pengusir sendu.
Teman sepimu.
Penghiburmu.
Salahmu?
Bukan, ini salahku.
Aku menerimamu.
Tanpa tapi, tanpa arti, tanpa basa basi.
Membuka lengan selebarnya, dan menepuk pundakmu pelan.
Dan kau, menggoreskan pisau, perlahan.
Sesekali aku mengingatkan diriku sendiri.
Untuk tidak terlalu mengharapkan kebersamaan yang tak mungkin terjadi.
Bukan tak mungkin, hanya saja terlalu mudah untuk dijalani.
Dan hubungan hebat itu, tak mungkin seperti ini.
Mungkin kau tak akan tau seberapa perih perasaanku.
Seberapa pedih setiap mengingat kau bukan milikku.
Membebaskanmu mencari belahan hatimu.
Membiarkanmu tertawa dengan jodohmu.
Mungkin ini hanyalah cerita manis pelengkap hidup.
Yang datangnya hanya sementara.
Namun bekasnya abadi selamanya.
Aku? Hanya bisa menikmati dan meresapinya.
Sesekali menyeka air mata yang turun entah dari mana asalnya.
Dari aku.
Yang pernah mendoakanmu.
Comments
Post a Comment