EYES NEVER LIE : PART 2
Warna langit sudah tidak biru lagi, sekarang sudah
sore, matahari sudah hampir tenggelam, ini saatnya anak indie membuat kata-kata
syahdu dilengkapi dengan segelas kopi dan mempostingnya di instagram, tak lupa
hastag #pecintaSenja mereka sertakan disana.
Aku masih duduk ditaman kota dengan sia, sia terus
bercerita tentang pacarnya yang belum lama ini dia pacari. Dengan bahagianya
dia menceritakan momen Dion memintanya untuk menjadi pacarnya, ntah sudah
berapa kali sia menceritakan ini, aku bahkan sudah hafal alurnya, hanya saja
aku tak tega memintanya untuk diam.
Laki-laki dengan tongkat yang duduk diseberang sana,
masih saja menatapku. Aku yakin sekali dia buta, tapi kenapa rasanya dia
seperti sedang memperhatikanku.
“ah, dia berdiri” kejutku.
“apaan sih el?” tanya sia terkejut, tampaknya ia
kesal karna aku tak memperhatikannya.
Laki-laki itu berdiri, ia memegang tongkatnya, lalu
melipatnya menjadi lebih pendek. Dia tampak normal, berjalan ke arahku tanpa
kesusahan. Aku mulai panik, karna laki-laki yang sedari tadi melihatku kini
malah ingin menghampiriku.
“Yuk cabut!”
Aku menarik tangan sia, sia tampak kaget tapi pasrah
dengan tarikanku.
“Tungguuu” Laki-laki itu berteriak padaku.
“El, itu kita dipanggil” Sia menoleh kebelakang
memastikan bahwa laki-laki itu memanggil kami.
“Eliiiii! Ah bukan, Elaaaa!”
“El, itu lo dipanggil, hahahaha” Aku heran sia masih
bisa tertawa mendengar lelaki itu salah sebut namaku.
Aku berhenti.
“Kenapa?” Tanyaku.
Laki-laki itu mendekatiku.
“Kamu Ela kan?”
“Iya” jawabku singkat
“Ini gue, Rian” Sambil membuka kaca mata hitamnya,
tampak mata sebelah kirinya berwarna putih polos. Aku menatap matanya, dan
langsung flash back ke 10 tahun yang
lalu, aku ternyata pernah bertemu denganya sebelumnya, aku pernah membawanya
kerumah sakit, aku akhirnya tau kenapa mata sebelah kirinya berwarna putih
polos.
“Oh, lo Rian, iya gue baru inget, sorry gue tadi
sempet lari.”
“Iya gak papa”
Rian bersikeras ingin mengantarkan kami pulang,
sembari berjalan pulang Rian menceritakan kisahnya yang beruntung bertemu
denganku waktu itu, Sia yang tampak sangat menikmati cerita rian, aku hanya
mengiyakan sambil tersenyum, “Gak usah lo cerita gue udah tau semuanya” pikirku
dalam hati.
“Udah nyampe nih, kalian mau masuk dulu atau
langsung pulang nih?” Tanyaku.
“Gue pulang aja deh El, pulang dulu yaa” Pamit Sia,
rumah sia tepat disebelah rumahku.
“Gue juga mau balik aja deh, btw minta no whatsapp
lo dong, ada sesuatu yang pengen gue tanyain.” Rian menyodorkan ponselnya kepadaku.
Aku lalu mengambilnya dan menyimpan nomor ponselku.
Rian lalu berterima kasih dan pamit. Sambil berjalan pulang Rian memanjangkan
tongkat yang dia pegang ketika dia ditaman dan memakai kaca mata hitamnya.
“Dia acting kayak orang buta beneran, padahal mata kanannya normal.”
Comments
Post a Comment