BERBAGI RASA : BELAJAR MEMAHAMI DIRI SENDIRI
Aku orang yang moody-an, moodku mudah sekali berubah, sampai dititik aku merasa khawatir dengan mood swingku. Jujur saja, aku takut lama-lama aku bisa gila. Mencari tau tentang mood swingku yang hampir ekstrim di google, yang aku temukan malah Bipolar Disorder. Nope. Aku tidak mau diusia muda dan produktif ini aku habiskan waktu di RSJ karna terlalu memanjakan egoku. Aku harus berusaha lebih kuat, Allah pasti bantu.
Usahaku dimulai
dari mencari tau apa yang menjadi pemicu moodku turun, tak mudah, karna
memahami diri sendiri itu seperti ... Apa ya? You know-lah. It’s not easy
right? Aku hidup dengan aku yang sekarang itu sudah lama sekali, aku bosan
dengan aku yang ini, memahami orang lain justru lebih menarik.
Setiap kali
moodku buruk, aku mengingat apa penyebab sebenarnya. Yang aku temukan salah
satunya adalah perasaan yang tak tersampaikan.
Benar, perasaan
yang tak tersampaikan.
Ini tak asing buatku
karna memang aku bukan orang yang mudah mengutarakan perasaan, aku tak tau
bagaimana cara mengungkapkan bahwa aku sayang dengannya, aku sebal dengan
tingkahnya, atau apa pun itu yang membuat aku tidak nyaman. Aku tak tau
bagaimana aku harus menyampaikannya.
Karna ketidak
mampuanku. Aku menyalahkan diri sendiri dan mulai marah dengan aku yang tak tau
harus bagaimana ini. Jujur, ini jahat sekali. Kita menyalahkan orang yang tak
tau apa-apa.
Setelah aku tau
penyebabnya, yang selanjutnya aku lakukan adalah berdamai dengan semua keadaan.
Berpikiran positif dan menganggap semua ini adalah pelajaran, sesakit apa pun
dan sebahagia apa pun, semua ini hanya sementara dan menjadi ilmu untukku kedepannya.
Ini hanya perasaan. Lagi-lagi, tak mudah berdamai dengan dunia yang nasty ini. Aku juga bingung, hidup ini cuma
sebentar, tapi kok ya ribet amat. Dan kau tau kenapa ribet? Karna orientasi
kita itu dunia.
Setelah aku benar-benar
berdamai, aku mulai belajar mengungkapkan semua yang aku rasakan. Tahap ini
juga sulit kawan. Setelah kita tak segan mengungkapkan perasaan, lagi-lagi kita
dihadapkan dengan “kran perasaan” yang kadang suka ngucur sendiri. Aku
kesulitan mengontrol mana perasaan yang harus aku sampaikan dengan yang harus
aku simpan dulu. Akibatnya, aku kayak orang julid. Jujur apa adanya. Kata orang
medan “Langsung aja ngomong di depan muka aku”. Yup, I did it. Dan it’s hurt anybody
some time.
Aku akhirnya
belajar, lagi dan lagi. Mengontrol apa yang harus aku utarakan dan apa yang
harus aku pendam. Daaaaan, aku kembali lagi ke titik awal karna terlalu bingung
memilih dan memilah mana yang baik dan buruk. Ribet yak, namanya juga belajar.
Aku mulai bad mood lagi, tapi kali ini berbeda. Aku
hanya mengutarakan sesuatu setelah aku merasa bahwa ini tak sehat untuk
emosiku. Dengan kata lain, aku harus merasa bad mood dulu untuk mengutarakan
itu. Dan yang perlu aku perhatikan adalah aku harus mengatur setiap kata yang
akan aku sampaikan sebelumnya, karna jujur saja, ngomong disaat emosi sedang di
ubun-ubun itu bahaya, kayak bom yang mau meledak. Yaa, walau tetap saja entar
yang disampaikan beda sama yang udah diatur sejak awal.
Apa sekarang aku
sudah bisa mengatasi mood swingku? Yaa
mendinganlah, intensitasnya sudah berkurang banyak. Cuma ada beberapa keadaan
dimana aku merasa frustasi sekali, ini biasanya karna aku udah lama gak nangis.
Uneg-uneg udah ngumpul kayak gunung, jadi harus ada waktu untuk memangkas
gunung itu dengan nangis.
Teman-teman yang
pernah serumah denganku pasti tau banget, kalau aku sudah diam dan bawaannya
pengen tidur, itu tandanya aku lagi kecewa sama diri aku sendiri. Gak usah
ditanya kenapa karna aku gak bakal jawab juga, apalagi diminta cerita, gak
bakal. Tunggu aku lebih tenang dan berdamai dulu. Berkali-kali aku meminta
pengertian mereka, aku diam bukan karna mereka ada salah, tapi karna akunya aja
yang bermasalah. Kasihan sekali teman-temanku ini wkwk, that’s why I love them.
Dan yang
terakhir ini adalah koentjinya, do like
you are a prophet. Maksudnya gimana? Gini, ketika aku melakukan sesuatu
yang salah, kayak bad mood, pengen
ngomong kasar, muncul perasaan iri dan dengki, pengen makan orang, aku selalu
bilang ke diri aku sendiri “Kalau Rasulullah ada di posisi aku, beliau bakal
ngelakuin apa?”
Ini beneran
ampuh.
Kenapa? Ya karna
sifat Rasululllah itu sempurna. Siapa lagi yang bisa kita teladani kalau bukan Rasulullah.
Pas ada yang membuat beliau marah, apa yang beliau lakukan? Sabar. Pas ada yang
menyakiti beliau, apa yang beliau lakukan? Sabar. Beliau gak pernah marah, gak
pernah iri, gak pernah dengki, beliau sabar, sabar, sabar, dan yakin Allah
pasti bantu.
Ya walau pun
kita ini bukan Rasulnya Allah. Setidaknya kita sudah berusaha menjadi baik.
Sampai disini
dulu, tengkyu.
Semangat menjadi
baik para manusia biasa. Sending virtual
hug…
Comments
Post a Comment