BERBAGI RASA : IBU

Aku hanya terdiam dan syok ketika pisau yang aku lemparkan mengenai tepat di punggungnya, hampir saja aku melukai orang yang pernah melahirkanku dulu.

Ibuku hanya sedang stres waktu itu, suka marah-marah, dan aku yang baru duduk dibangku SD kelas 6 sudah memasuki babak pemberontakan dalam fase hidupku, fase paling menyebalkan bagi ibu-ibu karna harus berhubungan dengan anak yang sangat sulit diatur, merasa sudah besar dan memiliki dunianya sendiri.

Ibuku hanya memintaku memberikan pisau yang sedang aku pegang kepadanya, tapi dengan nada tinggi, membuatku merasa sedang diperintah, dan aku tidak suka itu. Aku melemparnya, itu reflek, tapi sebenarnya berdampak besar, kalau saja waktu itu mata pisau yang terhunus ke punggungnya, aku tak bisa membayangkan seperti apa keadaan ibuku waktu itu, tapi Allah masih memberikan aku kesempatan untuk berubah, pisau itu tak melukai punggung ibuku, tapi melukai hatinya yang justru lebih sulit untuk disembuhkan.

Fase pemberontakan adalah fase dimana anak memang tak ingin terlalu diatur hidupnya, sedangkan orang tua merasa masih perlu menuntun dan itu sangat menyebalkan bagi anak.

Fase pemberontakan dalam hidupku sangat menyakitkan, terutama untuk ibuku. Bahkan kami sering berkelahi karna berbeda pendapat. Aku sengaja mengatakan hal-hal yang membuatnya sakit hati, melakukan hal-hal yang menyebalkan, sialnya semua itu memang disengaja. Aku merasa harus membuat ibuku mengerti betapa menderitanya aku waktu itu, betapa merasa tidak adilnya dunia padaku, betapa aku merasa kurang kasih sayang dan perhatian, ketika aku sakit, ibu juga harus ikut merasakannya. Begitu pikirku waktu itu.

Kapan aku akhirnya sadar? Ketika aku sudah kuliah. Iya, sangat lama. Di bangku perkuliahanlah aku banyak belajar, tentang mengontrol emosi, beradaptasi, menghargai, dan mencintai. Egoku mulai turun, perlahan aku mulai menjadikan ibuku sebagai pusat semesta, yang tanpanya aku merasa tidak ada. Dan ibuku, dengan sabarnya memaafkan semua yang sudah aku lakukan maupun yang aku katakan tempo dulu. Ketika aku bersikukuh mengatakan bahwa akulah anaknya yang paling durhaka lalu meminta maaf, ibu hanya mengatakan "Kamu anak yang baik, dari dulu hingga sekarang". Padahal aku sendiri merasa seperti Dajjal sangking jahatnya. Mak, I love you.

Ketika akhirnya aku mulai berubah menjadi lebih dewasa dan lebih baik, aku malah menjadi yang paling disayangi. Bukan bermaksud apa-apa, aku yang paling dekat dan manja dengan ibuku, mungkin karna rasa bersalahku dulu, merasa berdosa hingga akhirnya aku berusaha menebus semuanya walau tak mungkin bisa, setidaknya aku sudah berusaha. Aku menjadi anak yang gak muluk-muluk, gak banyak minta, selalu menyerahkan semua keputusan pada ibuku, baik menurut ibu berarti baik menurutku, dan itu sangat membantu, mengingat ibuku tulang punggung keluarga, rasanya kok durhaka sekali jika aku banyak maunya. Bukannya membantu malah nyusahin, begitu pikirku. Untuk keperluanku, keinginan dan lain-lain, aku mengandalkan uang jajan bulanan yang ibu beri, semuanya berasal dari uang 1 juta yang tiap bulan ibu kirim, beli baju, beras, jajan, listrik, pulsa, kuota, skincare, semua muanya. Cukup gak cukup ya harus cukup, karna mungkin ibu dirumah lebih susah dari pada aku.

Disini aku hanya ingin menyampaikan pesan, bahwa tidak ada hati yang lebih luas dari hati ibu, hati yang lebih lembut daripada ibu, yang lebih segalanya dari pada ibu. Sejahat apapun kamu dulu, jangan sungkan untuk meminta maaf, karna ibu bahkan mungkin sudah lupa dengan kesalahanmu, yang berarti ibumu sudah memaafkanmu jauh sebelum akhirnya kamu sadar yang kamu lakukan itu salah. Sering-seringlah mengatakan bahwa kamu cinta padanya, ibumu itu manusia, ia akan tau dirinya sangat kamu sayangi ketika kamu mengatakannya, tak berat kok, cuma "Ma, aku sayang mama", gak berat kan? Ibu juga memiliki waktu yang terbatas, beliau tak selamanya ada buat kita, akan ada waktunya Allah menarik nikmat terbesarmu dari dunia, dan ketika waktu itu tiba, usahakan kamu sudah berbakti dan melakukan yang terbaik untuk ibu, jangan sampai ada penyesalan, karna sebesar apa pun penyesalanmu, semua itu tak akan mampu mengembalikan waktu yang sudah terbuang sia-sia.

Mom, you are my everything.

Related Posts

Comments

Total Pageviews

Popular Posts