CERBUNG : DIMAS DINA CALLED FRIENDZONE II


"Diiiinn" Dimas memanggilku dari belakang. Aku buru-buru lari secepat yang aku bisa, Dimas gak boleh tau aku nangis seharian kemarin, mataku masih sembab, masker sialan, katanya bisa ngurangin bengkak dimata.
"Oy Diiin" Dimas masih berusaha memanggilku.
"Helmnya buka duluuu" Teriaknya.
Hah? Helm?
Astaga, helmnya lupa dibuka, aaaaargh!
Aku berhenti lalu mencoba membuka helm sialan yang masih lengket di kepala, astaga aku jalan dari tadi di koridor kampus masih pake helm, malu banget ya tuhan.
"Sial, pengait helmnya macet, mimpi apa sih semalem kok bisa sial kuadrat begini" Keluhku.
"Mimpi aku kali" Dimas sudah berdiri tepat disebelahku. Dia tertawa lepas melihatku konyol begini. Astaga ketawanya imut banget.
Melihatku yang cemberut dengan mata sembab yang menyedihkan, Dimas lalu berhenti ketawa.
"Sini aku bantuin"
Dimas membantu melepas pengait helm yang nyangkut, masih berusaha, terus berusaha. Gagal.
"Gak bisa Din" Ucap Dimas pasrah.
"Yang bener aja lu Dim"
"Iya bener Din, sini aku gunting pengaitnya"
"Lu becandakan?"
"Aku serius"
Aku mematung. Dimas mengeluarkan gunting dari tasnya. Dalam hati aku menguatkan diri untuk tidak berkata kasar. Dimas lalu mengarahkan gunting ke daguku, bersiap untuk menggunting pengait helm sialan ini. Aku memejamkan mata, berdoa agar semuanya baik-baik saja. Sial, udah kayak diruang operasi aja, udah gitu dikerubutin mahasiswa yang kepo ngeliat Dimas ngarahin gunting ke daguku. Sial, udah berapa kali aku ngucap sial pagi ini.
"Gila diapain tu?" bisik mahasiswa lain.
Klik.
Ahhh, sudah terpotong pikirku. Lantas aku membuka mata.
Dimas tersenyum melihatku. Aku meraba pengait helmnya. Pengaitnya terbuka, tidak jadi digunting.
"Dim"
"Iya"
"Lu boongin gue?"
"Iya" Ucapnya singkat sambil mengangkat helm dari kepalaku. Melihat rambutku yang teracak karna helm Dimas lalu merapikannya.
Rambutku dirapiin, hatiku berantakan.
Aku mencubit tangan Dimas yang masih merapikan rambutku.
"Awww" Dimas menarik tangannya sambil tertawa.
"Lain kali kalau becanda gak usah pake gunting"
"Terus pake apa?"
"Pake hati" Ucapku singkat lalu pergi.
"Din" Dimas memanggil.
"Apa?" Tanyaku tanpa menoleh.
"Helmnya?"
Arghh! Helm helm helm!
Aku berbalik, berjalan ke arah Dimas yang terkikik geli, menarik helm dan pergi lagi.
Dimas yang masih tertawa mengikuti tepat dibelakangku karna kami akan masuk mata kuliah yang sama hari ini.

To be continue....

Related Posts

Comments

Total Pageviews

Popular Posts