NALA ADE : PART 4
“Ini udah 2 jam nay…” desah Ade
pelan. Ade menyerah, sudah jam 12 malam, Nala tak kunjung membalas pesannya.
Sambil berbaring diatas ranjangnya, Ade menatap lekat-lekat sudut atas
kamarnya, ponsel yang semula ia genggam ia geletakkan begitu saja diatas meja,
harapan Ade mulai pupus, mungkin Nala memang tak menyukainya.
Ade kembali bangun dari tempatnya
berbaring, membuka laci meja dan mengambil sebuah buku, ada tulisan besar
disampul buku itu, “Naya”. Ade suka memanggil Nala dengan panggilan Naya,
sebuah panggilan sayang yang entah semenjak kapan ia sematkan. Ade membuka buku warna biru tersebut, ada banyak foto Nala disana, selama ini Ade suka mengambil
foto Nala diam-diam, mencetaknya lalu menyimpannya di buku itu. Tidak ada rasa
yang berbeda ketika ia mengambil foto Nala untuk pertama kalinya, lagi-lagi
waktu tidak bisa menjelaskan semenjak kapan rasa itu mulai tumbuh.
“Braaaaak”
Ade tersentak, ada suara keras yang
berasal dari pintu kamarnya, seperti ada seseorang yang berusaha mendobrak
pintu dan berusaha masuk. Ade berjalan pelan ke arah pintu memastikan suara apa
barusan. Ketika ingin menggenggam ganggang pintu kamar, tiba-tiba suara itu
kembali, bukan seperti dobrakan, lebih seperti kuku yang mencakar pintu.
Kreeett kreeett kreeet. Bulu kuduknya berdiri, nafasnya memburu, ini tengah
malam, semua sudah terlelap, lalu siapa yang iseng membuat gaduh dipintu kamar.
Perlahan Ade membuka pintu, sedikit saja, lalu mengintainya, siapa gerangan
yang sudah mengganggu nostalgianya bersama foto Nala.
Ade menggelengkan kepalanya, ada
seonggok bulu berwarna oren dengan mata hitam bulat besar tepat didepan pintu
kamarnya. “Ciiiiing” bisik Ade sambil membuang nafasnya. Kucing oren bernama
Alan membuatnya jantungan lagi malam ini, ini sudah kesekian kalinya Alan
membuatnya takut, kemarin malam Alan menggaruk-garuk jendela kamar Ade, sambil
berusaha mencongkel jendela. Ade pikir itu pencuri yang memang sedang buron
akhir-akhir ini.
Ade buka pintunya lebar-lebar,
mempersilahkan King Alan masuk ke kamarnya. Dengan sombongnya Alan masuk dan
melewati Ade, lalu naik ke atas ranjang empuk, berputar-putar sambil mencari
posisi yang enak, Alan kembali memilih lokasi paling tengah dari ranjang,
membuat Ade kembali menggelengkan kepalanya. “Malam ini tidur disudut lagi.”
Bisik Ade.
Triing.
Ada pesan masuk, buru-buru Ade
menutup pintu dan mengambil ponselnya. Ada balasan dari Nala. Dadanya kembali
berdegup kencang setelah kejadian pintu didobrak King Alan, “Malam ini olah
raga jantung!” pikirnya. Ade membuka pesan dari Nala, tiba-tiba matanya nampak
sayu, bibirnya tak lagi tersenyum, Ade terduduk diujung ranjang, membuat Alan sedikit
terganggu. “Aku ditolak?”
Ade memikirkan seribu alasan kenapa
cintanya tak bersambut, ia sudah menunggu lama untuk jawabannya, tapi akhirnya
ditolak juga. Sambil berusaha membalas pesan Nala, Ade ingin menanyakan kenapa,
apa alasaannya, apakah Nala sudah menyukai cowok lain. Lagi-lagi tulisan itu
dihapus sebelum sempat ia kirim. 4 menit berlalu, Ade melihat status Nala, ia
sudah tidak aktif lagi, mungkin sudah jengah menunggu balasan. Ade mengetik
simbol titik dua dan buka kurung, menandakan emot sedih, lalu mengirimnya,
sudah tidak ada kata-kata yang bisa Ade kirimkan selain wajah sedihnya.
Tak lama kemudian ponsel Ade
bergetar lagi, mungkin balasan dari Nala. Ade membuka pesan Nala tanpa ekpresi,
membacanya pelan sambil menelan pahitnya kenyataan. “Praaaaaannkkk!!! Yaelah
muke lu cemberut gitu! Sini jadi pacar gue, gue bikin lo seneng.” Masih tanpa
ekpresi, Ade hanya mengernyitkan dahinya, membaca kembali nama pengirim, ini
benar-benar Nala. Ade menghamburkan badannya keatas ranjang sambil tersenyum
geram. Si Alan kembali terganggu karna ranjangnya memantul membuat Alan
terpental, King Alan menepuk wajah Ade yang kegirangan. Ade hanya tersenyum dan
mengelus Alan pelan. “Ya ampun jantungku, maaf ya Alan”.
Ade segera membalas pesan prank dari
Nala, “Gila lu ya Nay, gue nembak malah lu prank.” Ketik Ade sambil tersenyum
lebar. Perasaannya bercampur aduk, semenit yang lalu Ade sudah sangat kecewa
karna cintanya ditolak Nala, sekarang hatinya justru berbunga-bunga. Ade
kembali mengirimkan pesan seperti biasanya ke Nala, hingga Ade juga tak sadar
kapan terakhir ia melihat pesan Nala, hatinya terlalu senang, hingga tak sadar ketikan dan getaran ponsel Ade
menjadi penghantar tidurnya malam itu.
Baca Nala Ade : Part 1 here
Comments
Post a Comment